for everyone |
Masih bercerita tentang perempuan dan
rokok
Sebut saja namanya Ari, berdua kita nonton sponge bob dikamar salah satu temen kos yang perokok berat. Spot untuk merokok pun sudah ada. Depan cermin yang tergantung dengan sebuah kursi didepannya dan asbak kecil yang menggantung di dekat cermin pula.
Mulanya itu hanya sepuntung rokok sisa yang ditinggalkan temen kosku yang sedang pergi.Ari duduk dikursi panas itu sambil melihat kearahku dan senyum-senyum. Gimana kalo aku ngerokok?
Dia anak yang terbilang lumayan beres untuk ukuran anak kosku, track recordnya Dia tidak 100% bersih juga tapi dia lebih beres daripada aku.
Jawabku : Boleh-boleh aja kalo kamu penasaran, silahkan.
Kupikir Dia akan berpikir dua kali ternyata dia benar-benar menyulut api ke rokok sisa itu. Untuk ukuran orang pertama kali merokok Ari hebat. Tak tersedak, lancar bak kereta api.
Hembusan asap terakhir aku tanya gimana rasanya, katanya pertama enak, kemudian kudekati dia dan,,Ari,mulutmu BAU!!!
hahaha,,sehabis itu kita berdua cuma tertawa. Komentar selanjutnya pas ngerokoknya enak sehabis itu mulutku gak enak e, gak mau lagi ah.
Dari sini Ari belajar dari melakukan dan menemukan ketidakenakannya.
Kupikir selesai begitu saja disini.
Selang beberapa waktu kemudian rupanya Ari masih saja stres dengan beberapa masalahnya. Tapi kali ini tanpa sponge bob dan satu bungkus penuh rokok menthol masih penuh, dan setengah bungkus mild merah.Masih dengan spot yang sama.
Kak boleh ngerokok ga?, boleh jawabku. Nyoba yang mana nie?tanyanya. Masih bergulat dengan komik dan Queen Seon Deok sikap cuekku kambuh lagi. Yang Menthol aja deh, yang mild kemaren kan udah coba dibandingkan (Sampai disini rasanya otakku mulai gak beres). Kali ini 1 puntung habis juga. Komentarnya yang menthol lebih enak.
Tiba-tiba saja Ari ngomong, kak kalo kamu bilang boleh rasanya aku bisa ngapain aja.
Ok dia gila atau aku yang gila ya. Masa hanya dengan kata boleh aku benar-benar dah menyesatkan sahabatku.
Tetep saja reaksiku cuma tertawa. Jadi bingung.
Aku dan Ari bisa dibilang kita berdua melewati masa-masa paling beres dikosan dengan teman-teman yang gila dan tak tergoda.
Kubolehkan dia merokok biar dia merasakan bagaimana rasanya dan gak penasaran. Untungnya dia ga minta diajak clubbing atau minum-minum. And we are not kids anymore. Dia punya pilihan walau kata boleh itu keluar. Tapi yang kusuka dari Ari adalah dia tak merahasiakan keingintahuannya tentang rokok ini. Sementara aku lebih sedih kalau ada teman yang merokok diam-diam, karena kadang segan sama aku. Seolah-olah bakalan bunuh diri kalau menampakkan diri mereka yang sebenarnya didepanku, bukankah kita sahabat?
Mungkin sebenarnya ini pemikiran yang salah dengan alasan bahwa ini adalah pilihan mereka. Tapi seorang sahabat hanya bisa mengingatkan dan mungkin aku kurang kuat mengingatkan mereka. Mereka belum akan merasa bahwa yang dilakukan itu salah kalau belum mendapatkan akibatnya.
Satu hal yang pasti kalau aku ceramah panjang lebar mereka akan lebih menutup diri dan selalu lari kearah yang lebih salah lagi.
Sepertinya harus lebih bijak menggunakan kata "Boleh".
Sebut saja namanya Ari, berdua kita nonton sponge bob dikamar salah satu temen kos yang perokok berat. Spot untuk merokok pun sudah ada. Depan cermin yang tergantung dengan sebuah kursi didepannya dan asbak kecil yang menggantung di dekat cermin pula.
Mulanya itu hanya sepuntung rokok sisa yang ditinggalkan temen kosku yang sedang pergi.Ari duduk dikursi panas itu sambil melihat kearahku dan senyum-senyum. Gimana kalo aku ngerokok?
Dia anak yang terbilang lumayan beres untuk ukuran anak kosku, track recordnya Dia tidak 100% bersih juga tapi dia lebih beres daripada aku.
Jawabku : Boleh-boleh aja kalo kamu penasaran, silahkan.
Kupikir Dia akan berpikir dua kali ternyata dia benar-benar menyulut api ke rokok sisa itu. Untuk ukuran orang pertama kali merokok Ari hebat. Tak tersedak, lancar bak kereta api.
Hembusan asap terakhir aku tanya gimana rasanya, katanya pertama enak, kemudian kudekati dia dan,,Ari,mulutmu BAU!!!
hahaha,,sehabis itu kita berdua cuma tertawa. Komentar selanjutnya pas ngerokoknya enak sehabis itu mulutku gak enak e, gak mau lagi ah.
Dari sini Ari belajar dari melakukan dan menemukan ketidakenakannya.
Kupikir selesai begitu saja disini.
Selang beberapa waktu kemudian rupanya Ari masih saja stres dengan beberapa masalahnya. Tapi kali ini tanpa sponge bob dan satu bungkus penuh rokok menthol masih penuh, dan setengah bungkus mild merah.Masih dengan spot yang sama.
Kak boleh ngerokok ga?, boleh jawabku. Nyoba yang mana nie?tanyanya. Masih bergulat dengan komik dan Queen Seon Deok sikap cuekku kambuh lagi. Yang Menthol aja deh, yang mild kemaren kan udah coba dibandingkan (Sampai disini rasanya otakku mulai gak beres). Kali ini 1 puntung habis juga. Komentarnya yang menthol lebih enak.
Tiba-tiba saja Ari ngomong, kak kalo kamu bilang boleh rasanya aku bisa ngapain aja.
Ok dia gila atau aku yang gila ya. Masa hanya dengan kata boleh aku benar-benar dah menyesatkan sahabatku.
Tetep saja reaksiku cuma tertawa. Jadi bingung.
Aku dan Ari bisa dibilang kita berdua melewati masa-masa paling beres dikosan dengan teman-teman yang gila dan tak tergoda.
Kubolehkan dia merokok biar dia merasakan bagaimana rasanya dan gak penasaran. Untungnya dia ga minta diajak clubbing atau minum-minum. And we are not kids anymore. Dia punya pilihan walau kata boleh itu keluar. Tapi yang kusuka dari Ari adalah dia tak merahasiakan keingintahuannya tentang rokok ini. Sementara aku lebih sedih kalau ada teman yang merokok diam-diam, karena kadang segan sama aku. Seolah-olah bakalan bunuh diri kalau menampakkan diri mereka yang sebenarnya didepanku, bukankah kita sahabat?
Mungkin sebenarnya ini pemikiran yang salah dengan alasan bahwa ini adalah pilihan mereka. Tapi seorang sahabat hanya bisa mengingatkan dan mungkin aku kurang kuat mengingatkan mereka. Mereka belum akan merasa bahwa yang dilakukan itu salah kalau belum mendapatkan akibatnya.
Satu hal yang pasti kalau aku ceramah panjang lebar mereka akan lebih menutup diri dan selalu lari kearah yang lebih salah lagi.
Sepertinya harus lebih bijak menggunakan kata "Boleh".
Sponsored
Links
|
ayudyasari wrote on Jan 4, '10
amathonthe said
akan kukasih alasan-alasan akibatnya nanti yang bakalan
bikin dia mikir.
siiiiplah..
^_-
|
amathonthe wrote on Jan 3, '10
tintin1868 said
btw, boleh kaya gitu emang menyesatkan.. daripada
dilarang..
seperti
yang mba bilang semakin dilarang semakin penasaran...tapi mungkin besok
harus disertai peringatan akibat jika dibolehkan,
|
amathonthe wrote on Jan 3, '10
malambulanbiru said
soalnya ga dimasukin ke dalam tenggorokan. cuma semacam
'dikulum' di mulut-mulut lalu dihembusin lagi. coba kalau asapnya sampai
ditelen... bakalan batuk-batuk dan... nyandu.
hmmmmmmmm,,,gitu
ya,,,thanks ya mba infonya
|
amathonthe wrote on Jan 3, '10
tintin1868 said
kamu bijaksana juga ya din.. sudah mengerti arti "boleh"
dan batasannya.. semakin dilarang orang emang semakin penasaran..
mendingan biarin saja..kontras gitu loh ngerokok sambil nonton spongebob hehehe..
hehee,,,yah
aku lebih milih dia terang-terangan aja mba didepanku daripada
sembunyi-sembunyi bakalan lebih parah mengatasinya
iya kontras banget spongebob ama rokok,,bisa kelihatan kalau masih ada sisi kekanakkannya |
amathonthe wrote on Jan 3, '10
ayudyasari said
dinda chayaang..aku setuju bgt bhw hrs lbh hati2 blg 'boleh'. sbnrnya posisimu kan sbg org yg disegani,sgt strategis utk mbawa org mnuju kbaikan,tp juga bikin mreka mrasa bener klo dinda ngebolehin ssuatu yg gak bnr. klo qt mnganjurkan kbaikan kan ada persenan pahalanya utk qt tuh,nah klo kesia2an? sbg shbt,ttp temani n dampingi dia mski dia mngambil jln yg salah. tp jgn ambil risiko dpt persenan dosa hanya gara2 sepenggal kata 'boleh' yaa..
mba
wulanku sayang,,,makasih banget masukkannya...
aku juga sebenarnya kaget kemaren dia bilang kayak gitu, untung aja ga minta dibolehin yang berlebihan tapi kalopun iya mungkin akan kukasih alasan-alasan akibatnya nanti yang bakalan bikin dia mikir. |
tintin1868 wrote on Jan 3, '10
btw, boleh kaya
gitu emang menyesatkan.. daripada dilarang..
|
malambulanbiru wrote on
Jan 3, '10
amathonthe
said
Untuk ukuran orang pertama kali merokok Ari hebat. Tak
tersedak, lancar bak kereta api.
soalnya ga dimasukin ke dalam
tenggorokan. cuma semacam 'dikulum' di mulut-mulut lalu dihembusin lagi.
coba kalau asapnya sampai ditelen... bakalan batuk-batuk dan... nyandu.
|
tintin1868 wrote on Jan 3, '10
kamu bijaksana juga
ya din.. sudah mengerti arti "boleh" dan batasannya.. semakin dilarang
orang emang semakin penasaran.. mendingan biarin saja..
kontras gitu loh ngerokok sambil nonton spongebob hehehe.. |
ayudyasari wrote on Jan 3, '10
dinda chayaang..
aku setuju bgt bhw hrs lbh hati2 blg 'boleh'. sbnrnya posisimu kan sbg org yg disegani,sgt strategis utk mbawa org mnuju kbaikan,tp juga bikin mreka mrasa bener klo dinda ngebolehin ssuatu yg gak bnr. klo qt mnganjurkan kbaikan kan ada persenan pahalanya utk qt tuh,nah klo kesia2an? sbg shbt,ttp temani n dampingi dia mski dia mngambil jln yg salah. tp jgn ambil risiko dpt persenan dosa hanya gara2 sepenggal kata 'boleh' yaa.. |
amathonthe wrote on Jan 2, '10
chibihimawari said
mungkin, mesti dilihat juga karakter lawan bicara kita.
Ada yg dapat kaat boleh, langsung tancap gas. Ada yg anggap itu cuma
basa-basi. Ya, meskipun itu resiko dia sih, kalau ada efek negatifnya...
tapi, kan baiknya ketika ngebolehin, juga disertai tanggung jawab untuk
jelasin konsekuensinya... sok tau dan sok tua ya aku,...
yaah
mungkin mba bener harus liat karakter orangnya juga,,,soalnya kadang
kupukul rata aja semua,,.,,hmmm... makasih banget ya mba
nasehatnya,,bener-bener bikin aku mikir,,,
|
chibihimawari wrote on Jan
2, '10
mungkin,
mesti dilihat juga karakter lawan bicara kita. Ada yg dapat kaat boleh,
langsung tancap gas. Ada yg anggap itu cuma basa-basi. Ya, meskipun itu
resiko dia sih, kalau ada efek negatifnya... tapi, kan baiknya ketika
ngebolehin, juga disertai tanggung jawab untuk jelasin konsekuensinya...
sok tau dan sok tua ya aku,...
|
No comments:
Post a Comment